Istilah GMP di
dunia industri pangan khususnya di Indonesia sesungguhnya telah diperkenalkan
oleh Departemen Kesehatan RI sejak tahun 1978 melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 23/MEN.KES/SKJI/1978 tentang Pedoman Cara Produksi Makanan
yang Baik (CPMB). Persyaratan GMP sendiri sebenarnya sebenarnya merupakan
regulasi atau peraturan sistem mutu (Quality System Regulation) yang diumumkan
secara resmi dalam Peraturan Pemerintah Federal Amerika Serikat No. 520 (Section
520 of Food, Drug and Cosmetics (FD&C) Act). Peraturan sistem mutu ini
termuat dalam Title 21 Part 820 of the Code of Federal Regulation),
(21CFR820),tahun 1970 dan telah direvisi tahun 1980. Di Indonesia GMP ini
dikenal dengan istilah Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) yang diwujudkan
dalam Peraturan Pemerintah.
GMP Merupakan
suatu konsep manajemen dalam bentuk prosedur dan mekanisme berproses yang tepat
untuk menghasilkan out put yang memenuhi stándar dengan tingkat ketidak
sesuaian yang kecil.
Good Manufacturing
Practices yang dalam bahasa indonesia dapat diterjemahkan menjadi Cara Produksi
yang Baik (CPB) di terapkan oleh industri yang produknya di konsumsi dan atau
digunakan oleh konsumen dengan tingkat resiko yang sedang sampai tinggi seperti : produk obat-obatan,
produk makanan, produk kosmetik, produk perlengkapan rumah tangga, dan semua
industri yang terkait dengan produksi produk tersebut.
Penerapan GMP
dapat mengacu berbagai referensi, namun sejauh ini tidak ada standar
internasional yang bersifat official seperti halnya standar ISO. Oleh karena
itu berbagai negara dapat mengembangkan standar GMP tersendiri, seperti di
Indonesia terdapat berbagai standar GMP yang di terbitkan oleh BPOM (Badan
Pengawasan Obat dan Makanan) sesuai dengan jenis produk yang di hasilkan.
Sebagai contoh beberapa standar GMP tersebut:
-
Standar GMP untuk industria obat-obatan di sebut
dengan CPOB ( Cara Pembuatan Obat yang Baik)
-
Standar GMP untuk industri makanan di sebut
dengan CPMB (Cara Pembuatan Makanan yang Baik)
-
Standar GMP untuk industri kosmetik di sebut
dengan CPKB ( Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik)
- Standar GMP untuk industri obat tradisional di
sebut dengan CPOTB ( Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik)
Berbagai
referensi standar GMP pada prinsip dasarnya sama yakni bertujuan untuk menghasilkan produk yang
bermutu tinggi dan aman. Pilihan
referensi GMP yang akan digunakan oleh industri mempertimbankan berbagai hal:
- Penerapan GMP apakah akan dilakukan sertifikasi?
Bila ya, lembaga sertifikasi mana yang digunakan? Sertifikasi GMP di Indonesia
dapat dilakukan oleh BPOM, atau lembaga sertifikasi independen lainnya.
- Kemana produk yang dihasilkan akan di jual (
lokal atau ekspor), maka standar GMP
yang digunakan sebagai referensi mempertimbangkan standar GMP di negara dimana
produk tersebut di jual.
- Penerapan GMP sebagai standar tunggal, atau
merupakan bagian dari penerapan standar yang lain dan sertifikasi yang
dilakukan merupakan sertifikasi dari standar yang lainya tersebut seperti: ISO
22000;2005, HACCP, BRC, SQF, IFS dan
lain-lain.
10 Prinsip dasar
Prinsip 1 –
Desain fasilitas yang tepat dari awal
Setiap produsen makanan, obat, dan medis
bertujuan untuk menjalankan bisnisnya bisa di sesuai dengan prinsip-prinsip
Good Manufacturing Practice (GMP). Ini jauh lebih mudah untuk menjadi sesuai
GMP jika desain dan konstruksi fasilitas dan peralatan yang benar dari awal.
Sangat penting untuk mewujudkan prinsip-prinsip GMP dan menggunakan GMP untuk
mendorong setiap keputusan.
Prinsip 2 –
Proses Validasi
Bagaimana suatu perusahaan memastikan bahwa
proses produksi bisa dikendalikan? Proses validasi bertujuan Untuk membuktikan
dan suatu proses yang secara konsisten melakukan apa yang seharusnya mereka
lakukan, pengujian dan dokumentasi yang diperlukan. Kinerja yang konsisten
adalah kunci untuk menjaga keamanan dan efektivitas dari setiap produk dan
meningkatkan reputasi perusahaan untuk kualitas dan kehandalan.
Prinsip 3 –
Mengimplementasikan prosedur GMP
Pikirkan tentang apa yang terjadi di tempat
kerja jika prosedur tertulis tidak tersedia. Orang mengandalkan kebiasaan
mereka untuk melakukan sesuatu dan kemudian orang lain juga melakukannya. Hal
ini memang tidak begitu bagus ketika produk yang anda buat dapat menyebabkan
kematian! Dalam industri makanan, obat dan kesehatan sangatlah penting bahwa
prosedur yang baik dalam suatu proses produksi dan untuk memastikan kinerja
terkontrol dan konsisten menggunakan dokumentasi GMP. Prosedur harus jelas,
ringkas, dan logis.
Prinsip 4 –
Mengidentifikasi siapa melakukan apa
Semua karyawan harus dengan jelas memahami apa
yang harus mereka lakukan setiap hari. Ini menghindari kesalahpahaman dan
meminimalkan resiko terhadap kualitas produk. Anda harus membuat pekerjaan
keterangan untuk setiap peran untuk mendefinisikan : job title, tujuan
pekerjaan, tugas dan tanggung jawab, ketrampilan persyaratan. Seharusnya tidak
ada kesenjangan atau tumpang tindih dalam tanggung jawab. Buat bagan organisasi
dan menampilkannya pada intranet atau papan pengumuman lokal. Cara ini semua
orang dalam organisasi dapat melihat Siapa Yang Melakukan Apa.
Prinsip 5 –
Menyimpan catatan yang baik.
Catatan yang baik memungkinkan Anda untuk bisa
menelusuri semua kegiatan yang dilakukan selama penerimaan bahan baku, untuk
rilis produk akhir. Ini adalah bagian penting dari GMP untuk menyimpan catatan
yang akurat, dan selama audit, itu membantu menyampaikan bahwa Anda mengikuti
prosedur. Hal ini juga menunjukkan bahwa proses yang dilakukan dikendalikan dan
dikontrol.
Prinsip 6 –
Pelatihan dan Pemahaman GMP<
Untuk memenuhi persyaratan GMP itu penting
untuk memiliki orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan yang tepat. Apakah
karyawan Anda memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka? Apakah mereka dilengkapi dengan alat yang tepat? Jika
demikian, maka Anda dapat bangga bahwa orang-orang Anda melakukan hal yang
benar untuk membuat budaya GMP.
Prinsip 7 –
Higienitas yang baik
Hal ini sangat penting untuk mengurangi risiko
kontaminasi produk untuk minimum dengan menempatkan dalam tempat program
sanitasi.
Prinsip 8 –
Memelihara fasilitas dan peralatan
Sangat penting untuk memiliki jadwal
pemeliharaan fasilitas dan peralatan. dengan teraturnya jadwal pemeliharaan
peralatan maka akan mencegah kerusakan peralatan. hal ini juga bisa mengurangi
risiko kontaminasi produk. Kadang-kadang kejadian tak terduga dapat
mempengaruhi fasilitas atau peralatan dan dalam keadaan seperti itu, Anda perlu
segera melakukan perbaikan. Anda harus memiliki prosedur tertulis untuk semua
terjadwal dan pemeliharaan darurat. Ini harus detil yang melakukan pekerjaan,
tugas-tugas yang terlibat, dan menentukan jadwal pelumasan, pemeliharaan
pendingin, pembersih dll. Ini juga merupakan persyaratan GMP untuk memiliki
jadwal pemeliharaan di tempat dengan frekuensi ditentukan oleh kekritisan dari
peralatan.
Prinsip 9 –
Menjaga Kualitas
Setiap langkah dalam siklus hidup produk
membutuhkan kontrol yang efektif untuk menjamin kualitas produk.
Prinsip 10 –
Audit Rutin
Audit harus dilakukan untuk menilai apakah
Anda mengikuti aturan GMP. Badan Sertifikasi Eksternal seperti Food and Drug
Administration (FDA) atau Terapi Barang Asosiasi (TGA) akan melakukan audit
ini. Selain Audit Eksternal Anda juga harus melakukan audit Internal untuk
memastikan kepatuhan terhadap aturan GMP.
Kapan menerapkan
GMP?
Pada dasarnya
semua industri yang terkait dengan makanan, obat-obatan, kosmetik, pakan ternak
wajib menerapkan sejak prabrik didirikan
dan proses produksi pertama dilakukan, karena penerapan GMP merupakan
persyaratan dasar bagi industri tersebut beroperasi. Namun karena rata-rata industri di indonesia
bermula dari UKM, yang kemudian berkembang menjadi industri besar dengan
tingkat pengetahuan GMP yang terbatas sehingga acap kali penerapannya di
abaikan. Baru setelah ada tuntutan oleh pelanggan untuk sertifikasi GMP atau
standar lainnya seperti ISO 22000, HACCP, BRC, IFS, dan SQF baru GMP tersebut
di terapkan.
Apa cakupan
standar GMP?
Prinsip dasar
GMP adalah mutu dan keamanan produk tidak dapat dihasilkan hanya dengan
pengujian ( Inspection/ testing), namun harus menjadi satu kesatuan dari proses
produksi. Oleh karena itu cakupan secara umum dari penerapan standar GMP
adalah:
Penerapan GMP
meliputi
1. Lingkungan sarana pengolahan dan lokasi
Lingkungan :
·
Lingkungan sarana pengolahan harus terawat baik,
bersih dan bebas sampah
·
Penanganan limbah dikelola secara baik dan
terkendali
·
Sistem
saluran pembuangan air lancar
Lokasi :
· Terletak di bagian perifer kota, tidak berada di
lokasi padat penduduk serta terletak di bagian yang lebih rendah dari pemukiman
· Tidk menimbulkan gangguan pencemaran terhadap
lingkungan
· Tidak berada dekat industri logam dan kimia
· Bebas banjir dan polusi asap, debu, bau dan
kontaminan lainnya
2. Bangunan dan fasilitas unit usaha
Desain Bangunan :
·
Desain, konstruksi dan tata ruang harus sesuai
dengan alur proses
·
Bangunan cukup luas dapat dilakukan pembersihan
secara intensif
·
Terpisah antara ruang bersih dan ruang kotor
·
Lantai dan didnding terbuat dari bahan kedap
air, kuat dan mudah dibersihkan
·
Sudut pertemuan dinding dan lantai serta dinding
dan dinding berbentuk lengkung
Kelengkapan ruang pengolahan :
·
Penerangan cukup, sesuai dengan spesifikasi
proses
·
Ventilasi memadai memungkinkan udara segar
selalu mengalir dari ruang bersih ke ruang kotor
·
Sarana pencucian tangan dilengkapi sabun dan
pengering yang tetap terjaga bersih
·
Gudang mudah dibersihkan, terhaga dari hama,
sirkulasi udara cukup, penyimpanan sistem FIFO dilengkapi pencatatan
\ 3. Peralatan pengolahan
\
Alat yang kontak langsung dengan produk harus terbuat
dari bahan yang tidask toksik, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan mudah
didesinfeksi sehingga mudah dilakukan perawatan.
Letak penempatannya disusun sesuai dengan alur proses,
dilengkapi dengan petunjuk penggunaan dan program sanitasi
4. Fasilitas dan kegiatan sanitasi
Program sanitasi meliputi sarana pengolahan untuk
menjamin kebersihan baik peralatan yang kontak langsung dengan produk, ruang
pengolahan maupun ruang lainnya, sehingga produk bebas dari cemaran biologis,
fisik dan kimia
Program sanitasi meliputi :
·
Jenis
peralatan dan ruang yang harus dinersihkan, frekuensi dan cara pembersihan
·
Pelaksana kegiatan dan penanggung jawab
·
Cara pemantauan dan dokumentasi
·
Fasilitas higiene karyawan tersedia secara cukup
(tempat cuci tangan, locker, toilet, dan ruang istirahat)
·
Suplai air mencukupi kebutuhan seluruh proses
produksi dan kualitas air memenuhi standar air minum
·
Pembuangan air limbah di desain sedemikian
sehingga tidak mencemari sumber airbersih dan produknya
5. Sistem pengendalian hama
Program pengenegndalian untuk mencegah hama
diarahkan
·
Sanitasi yang baik
·
Pengawasan atas barang/bahan yang masuk
·
Penerapan/Praktek higienis yang baik
Upaya pencegahan masuknya hama :
·
Menutup lubang dan saluran yang memungkinkan
hama dapat masuk
·
Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
·
Mencegah hewan piaraan berkeliaran di lokasi
unit usaha
6. Higiene karyawan
§
Persyaratan kesehatan karyawan
§ Pemeriksaan rutin kesehatan karyawan
§ Pelatihan higiene karyawan
§ Peraturan kebersihan karyawan (petunjuk,
peringatan, larangan, dll)
7. Pengendalian proses
Pengendalian Pre-Produksi
-
Menetapkan persyaratan bahan mentah/baku
-
Menetapkan komposisi bahan yang digunakan
-
Menetapkan cara pengolahan bahan baku
-
Menetapkan persyaratan distribusi/transportasi
-
Menetapkan cara penggunaan/penyiapan produk
sebelum konsumsi
Pengendalian Proses Produksi
Meliputi
prosedur yang telah ditetapkan harus diterapkan, dipantau dan diperlukan
kembali agar proses berjalan efektif
Pengendalian Pasca Produksi
Dilengkapi
dengan keterangan sebagai berikut :
-
Jenis dan jumlah bahan, bahan pembantu dan
tambahan
-
Bagan alur proses pengolahan
-
jenis, ukuran dan persyaratan kemasan yang
digunakan
-
jenis produk pangan yang dihasilkan
-
keterangan lengkap produk(nama produk, tanggal
produksi, kadaluarsa, nomor pendaftaran, dll)
-
penyimpanan produk dilakukan sedemikian agar
tidak terjadi kontaminasi silang (perhatikan dinding, lantai, langit-langit,
saluran air dan sistem FIFO)
-
sarana transportasi dan distribusi produk harus
didesain khusus untuk menjaga produk dari kontaminasi dan kerusakan produk
8. Manajemen pengawasan
·
Pengawasan ditujukan terhadap jalannya proses
produksi dan mencegah/memperbaiki bila terjadi penyimpangan yang menurunkan
mutu dan keamanan produk
·
Pengawasan merupakan proses rutin dan selalu
dikembangkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi
9. Pencatatan dan Dokumentasi
Berisi catatan
tentang proses pengolahan termasuk tanggal produksi dan kadaluarsa, distribusi
dan penarikan produk karena kadaluarsa
Dokumen yang
baik akan meningkatkan jaminan mutu dan keamanan
Bukan suatu hal
yang mudah ketika suatu industri akan menerapkan GMP, sehingga perlu
memperhatikan beberapa hal diantaranya:
·
Bangun komitmen pemilik perusahaan, manajemen
dan karyawan. Komitmen merupakan hal yang paling utama, karena dalam merapkan
GMP di butuhkan sumber daya terutama financial yang cukup besar. Di tambah lagi
dengan komitmen karyawan untuk mau melaksanakan standar GMP secara efektif,
karena bisa jadi di perlukan peruabahan pola pikir, dan kebiasaan.
·
Pilih standar referensi penerapan GMP secara
tepat dengan mempertimbangkan berbagai hal di atas.
· Tetapkan indikator-indikator keefektifan
penerapan GMP, dan lakukan evaluasi kinerja penerapan GMP yang digunakan alat
untuk peningkatan.
· Bentuk tim yang solid, dengan penanggung jawab
personel yang memiliki jiwa kepemimpinan serta motivasi yang kuat.
· Secara terus-menerus lakukan awareness baik
untuk manajer, supervisor maupun karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar