Industri
pengolahan hasil perikanan merupakan salah satu agroindustri yang memanfaatkan
hasil perikanan sebagai bahan baku untuk menghasilkan suatu produk yang
bernilai tambah lebih tinggi. Industri perikanan seperti juga industri-industri
yang lain selain menghasilkan produk yang diinginkan, juga menghasilkan limbah
baik limbah padat maupun limbah cair.
Pada
industri perikanan baik industri pengalengan, industri pembekuan (cold
storage), tepung ikan, rumput laut dan lain-lain, sangat besar mengkonsumsi
air
yang
digunakan untuk pengolahan, pencucian bahan baku dan peralatan, serta
operasional peralatan pengolahan. Oleh karena itu air limbah yang dikeluarkan
(efluen) yang dikeluarkan oleh industri perikanan sudah dipastikan besarnya
volume.
Industri
perikanan di Indonesia cukup banyak jumlahnya dan terkonsentrasi pada beberapa
lokasi khusus seperti Muara Baru dan Muara Angke (Jakarta), Pekalongan, dan Muncar
(Banyuwangi). Hanya saja penelitian limbah cair dari sentra-sentra Industri Pengolahan
Perikanan tersebut belum pernah ada, walaupun keluhan masyarakat yang bermukim
disekitarnya sudah mulai terdengar terutama komplain terhadap bau yang ditimbulkannya.
Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang
dari suatu sumber aktifitas manusia, maupun proses alam dan tidak atau belum
mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi negatif karena
penanganan untuk membuang atau membersihkan memerlukan biaya yang cukup besar
disamping dapat mencemari lingkungan. Limbah merupakan masalah di dalam usaha
suatu industri termasuk industri perikanan yang menghasilkan limbah pada proses
penangkapan ikan, penanganan, pengangkutan, distribusi dan pemasaran. Limbah
perikanan dapat dapat berupa ikan yang terbuang, tercecer, dan sisa olahan yang
menghasilkan cairan dan pemotongan, pencucian dan pengolahan produk.
Dampak limbah industri pengolahan ikan terhadap kesehatan lingkungan
dapat dirasakan dengan bau limbah ikan yang menyengat sehingga mencemari udara,
dapat dihinggapi lalat yang dapat menimbulkan penyakit dan berbagai dampak
negatif lainnya. Industri pengolahan ikan harus memiliki metode dalam
pengolahan limbah olahan ikan sehingga limbah olahan ikan tidak hanya dibuang
begitu saja ditempat pembuang sampah. Bila industri pengolahan limbah tidak
memperhatikan hal ini maka dapat menjadi tempat industri mereka bisa menjadi
tempat pertumbuhan bakteri dan virus yang dapat menyebabkan penyakit.
Penanganan limbah olahan ikan harus menjadi perhatian besar bagi
kita semua, apalagi di industri pengolahan ikan tradisional yang tidak
memperhatikan limbah ikannya. Dinas kesehatan setempat harus memberikan gambaran
kepada pengusaha industri pengolahan ikan tentang bahaya limbah industri.
Pengolahan
limbah ikan
Limbah hasil perikanan dapat diolah menjadi tepung ikan, silase
ikan, ikan asin, terasi, dan lain-lain. Pada Proses produksi Ikan asin pada
dasarnya terdiri dari dua tahap, yaitu penggaraman dan pengeringan.
Perbedaan-perbedaan yang terjadi pada umumnya hanya pada jumlah garam yang
digunakan, lama penggaraman dan pengeringan.
Pada proses pengolahan limbah ikan tuna yang tidak terpakai maka
dapat dilakukan silase. Silase ikan adalah merupakan produk cair dari ikan atau
sisa-sisa ikan yang diawetkan dalam suasana asam. Silase ikan dapat diolah
secara kimiawi maupun biologis. Pengolahan secara kimiawi dengan cara
menambahkan asam-asam mineral atau asam organik, atau campuran keduanya.
Pengolahan secara biologis adalah dengan mempergunakan kemampuan bakteri asam
laktat yang terdapat pada ikan serta dengan penambahan sumber karbohidrat yang
dapat menyebabkan jalannya fermentasi (Sukarsa, dkk., 1985). Silase ikan
memiliki nilai gizi yang tinggi, memberikan rasa dan aroma yang khas, mempunyai
daya cerna tinggi serta kandungan asam amino yang tersedia menjadi lebih baik.
Keunggulan lain pengolahannya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Silase ikan adalah ikan utuh atau sisa-sisa ikan yang diawetkan
dalam kondisi asam dengan penambahan asam (silase kimia) atau dengan
fermentasi/kemampuan bakteri asam laktat (silase biologis). Silase ikan yang
dihasilkan berbentuk cair karena protein ikan dan jaringan struktur lainnya
didegradasi menjadi unit larutan yang lebih kecil oleh enzim yang terdapat pada
ikan.
Pada proses pembuatan silase secara biologis disebut metode
fermentasi. Pada proses fermentasi tersebut diperlukan suatu bahan yang kaya
akan karbohidrat sebagai sumber energi sebagai pertumbuhan bakteri asam laktat.
Limbah ikan yang dapat dijadikan silase adalah ikan tuna. Limbah
ikan tuna merupakan hasil sampingan dari pengolahan industri perikanan dan
diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif untuk makanan
ternak. Limbah ikan yang terdiri atas kepala, isi perut, kulit, dan tulang
jumlahnya mencapai 271 000 ton per tahun. Limbah tersebut mudah rusak, sehingga
perlu pengolahan. Pengolahan ditujukan untuk menghasilkan produk berprotein
tinggi yang tidak mengalami kerusakan berarti selama penyimpanan beberapa bulan
bahkan bertahun-tahun. Untuk meningkatkan nilai guna limbah tersebut, perlu diolah supaya
lebih bermanfaat untuk bahan makanan ternak dengan cara pembuatan silase ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar