Senin, 12 September 2011

PENANGANAN LIMBAH PASCA PANEN HASIL PERIKANAN


Industri pengolahan hasil perikanan merupakan salah satu agroindustri yang memanfaatkan hasil perikanan sebagai bahan baku untuk menghasilkan suatu produk yang bernilai tambah lebih tinggi. Industri perikanan seperti juga industri-industri yang lain selain menghasilkan produk yang diinginkan, juga menghasilkan limbah baik limbah padat maupun limbah cair.
Pada industri perikanan baik industri pengalengan, industri pembekuan (cold storage), tepung ikan, rumput laut dan lain-lain, sangat besar mengkonsumsi air yang digunakan untuk pengolahan, pencucian bahan baku dan peralatan, serta operasional peralatan pengolahan. Oleh karena itu air limbah yang dikeluarkan (efluen) yang dikeluarkan oleh industri perikanan sudah dipastikan besarnya volume.
Industri perikanan di Indonesia cukup banyak jumlahnya dan terkonsentrasi pada beberapa lokasi khusus seperti Muara Baru dan Muara Angke (Jakarta), Pekalongan, dan Muncar (Banyuwangi). Hanya saja penelitian limbah cair dari sentra-sentra Industri Pengolahan Perikanan tersebut belum pernah ada, walaupun keluhan masyarakat yang bermukim disekitarnya sudah mulai terdengar terutama komplain terhadap bau yang ditimbulkannya.
Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber aktifitas manusia, maupun proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi negatif karena penanganan untuk membuang atau membersihkan memerlukan biaya yang cukup besar disamping dapat mencemari lingkungan. Limbah merupakan masalah di dalam usaha suatu industri termasuk industri perikanan yang menghasilkan limbah pada proses penangkapan ikan, penanganan, pengangkutan, distribusi dan pemasaran. Limbah perikanan dapat dapat berupa ikan yang terbuang, tercecer, dan sisa olahan yang menghasilkan cairan dan pemotongan, pencucian dan pengolahan produk.
Dampak limbah industri pengolahan ikan terhadap kesehatan lingkungan dapat dirasakan dengan bau limbah ikan yang menyengat sehingga mencemari udara, dapat dihinggapi lalat yang dapat menimbulkan penyakit dan berbagai dampak negatif lainnya. Industri pengolahan ikan harus memiliki metode dalam pengolahan limbah olahan ikan sehingga limbah olahan ikan tidak hanya dibuang begitu saja ditempat pembuang sampah. Bila industri pengolahan limbah tidak memperhatikan hal ini maka dapat menjadi tempat industri mereka bisa menjadi tempat pertumbuhan bakteri dan virus yang dapat menyebabkan penyakit.
Penanganan limbah olahan ikan harus menjadi perhatian besar bagi kita semua, apalagi di industri pengolahan ikan tradisional yang tidak memperhatikan limbah ikannya. Dinas kesehatan setempat harus memberikan gambaran kepada pengusaha industri pengolahan ikan tentang bahaya limbah industri.
 Pengolahan limbah ikan
Limbah hasil perikanan dapat diolah menjadi tepung ikan, silase ikan, ikan asin, terasi, dan lain-lain. Pada Proses produksi Ikan asin pada dasarnya terdiri dari dua tahap, yaitu penggaraman dan pengeringan. Perbedaan-perbedaan yang terjadi pada umumnya hanya pada jumlah garam yang digunakan, lama penggaraman dan pengeringan.
Pada proses pengolahan limbah ikan tuna yang tidak terpakai maka dapat dilakukan silase. Silase ikan adalah merupakan produk cair dari ikan atau sisa-sisa ikan yang diawetkan dalam suasana asam. Silase ikan dapat diolah secara kimiawi maupun biologis. Pengolahan secara kimiawi dengan cara menambahkan asam-asam mineral atau asam organik, atau campuran keduanya. Pengolahan secara biologis adalah dengan mempergunakan kemampuan bakteri asam laktat yang terdapat pada ikan serta dengan penambahan sumber karbohidrat yang dapat menyebabkan jalannya fermentasi (Sukarsa, dkk., 1985). Silase ikan memiliki nilai gizi yang tinggi, memberikan rasa dan aroma yang khas, mempunyai daya cerna tinggi serta kandungan asam amino yang tersedia menjadi lebih baik. Keunggulan lain pengolahannya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Silase ikan adalah ikan utuh atau sisa-sisa ikan yang diawetkan dalam kondisi asam dengan penambahan asam (silase kimia) atau dengan fermentasi/kemampuan bakteri asam laktat (silase biologis). Silase ikan yang dihasilkan berbentuk cair karena protein ikan dan jaringan struktur lainnya didegradasi menjadi unit larutan yang lebih kecil oleh enzim yang terdapat pada ikan.
Pada proses pembuatan silase secara biologis disebut metode fermentasi. Pada proses fermentasi tersebut diperlukan suatu bahan yang kaya akan karbohidrat sebagai sumber energi sebagai pertumbuhan bakteri asam laktat.
Limbah ikan yang dapat dijadikan silase adalah ikan tuna. Limbah ikan tuna merupakan hasil sampingan dari pengolahan industri perikanan dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif untuk makanan ternak. Limbah ikan yang terdiri atas kepala, isi perut, kulit, dan tulang jumlahnya mencapai 271 000 ton per tahun. Limbah tersebut mudah rusak, sehingga perlu pengolahan. Pengolahan ditujukan untuk menghasilkan produk berprotein tinggi yang tidak mengalami kerusakan berarti selama penyimpanan beberapa bulan bahkan bertahun-tahun. Untuk meningkatkan nilai guna limbah tersebut, perlu diolah supaya lebih bermanfaat untuk bahan makanan ternak dengan cara pembuatan silase ikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar